
Jumlah kasus Covid 19 atau virus corona di Indonesia masih terus bertambah. Data yang dihimpun pemerintah Rabu (24/6/2020), menyebut ada tambahan 1.113 kasus baru pasien positif corona di Indonesia dalam 24 jam terakhir. Sehingga kasus positif Covid 19 kini berjumlah 49.009 orang.
Pasien sembuh bertambah 417 orang, sehingga total kasus sembuh 19.658 orang. Adapun kasus kematian bertambah 38, sehingga total kasus kematian 2.573 orang. Demikian yang disampaikan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid 19, Achmad Yurianto, dalam konferensi pers dilansir Metro TV, Rabu.
Sementara itu, rekor tertinggi tambahan kasus harian terjadi pada laporan hari Kamis (18/6/2020) pekan lalu. Saat itu ada 1.331 tambahan kasus baru pasien Covid 19 dalam 24 jam. Adapun sebelumnya, rekor tertinggi terjadi pada Rabu (10/6/2020) dengan 1.241 kasus baru.
Yuri menuturkan, penambahan kasus ini diketahui setelah pemeriksaan spesimen virus corona dilakukan secara agresif oleh pemerintah. Baik melalui metode Reverse Transriptase Polymerase Chain Reaction (RT PCR) maupun Tes Cepat Molekuler (TCM). "Penambahan kasus positif ini disebabkan karena tracing yang agresif dilakukan, sehingga bisa kita lihat, bahwa sebagian besar penambahan kasus ini adalah spesimen yang dikirim oleh Puskesmas atau Dinas Kesehatan," kata Yuri seperti dilansir BNPB.go.id .
Upaya pelacakan lebih agresif terus dilakukan pemerintah untuk mengetahui sebaran Covid 19 di masyarakat. Sementara itu Ketua Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan Covid 19 Letjen TNI Doni Monardo mengungkap kunci agar masyarakat terbebas dan tak terpapar virus corona. "Kuncinya ada tiga: pertama disiplin, kedua adalah disiplin, dan ketiga juga disiplin," kata Doni dalam siaran di Femina Magazine, Rabu (24/6/2020).
Sebagai sosok jenderal bintang tiga di militer, Kepala BNPB itu paham betul bagaimana institusi yang melekat padanya identik dengan disiplin. Inilah yang mau dia berikan pemahaman kepada masyarakat. "Penting bahwa masalah disiplin bukan hanya budaya militer dalam menghadapi Covid 19, tetapi juga harus jadi budaya nasional kita," tambahnya. Sementara itu, untuk mengadopsi disiplin kepada masyarakat luas, Doni menyebut memang perlu kesabaran.
Di tengah pandemi yang masih berlangsung, aktivitas di luar rumah sudah terjadi dan hiruk pikuk di beberapa tempat publik sudah tampak. "Sikap atau perasaan kita yang tidak nyaman dengan situasi seperti itu, tapi kita tidak mungkin menjadi emosi, karena emosi itu juga tampaknya kurang berhasil." "Inilah pentingnya upaya komponen warga masyarakat dalam menerima pesan," katanya.
Pesan pesan yang disampaikan kepada masyarakat, dikatakan Doni, harus berterima di masyarakat. Salah satunya adalah meminimalkan istilah asing dalam kaitannya penanganan Covid 19. "Kalau toh penggunaannya dilakukan, itu hanya untuk kalangan tertentu saja." "Untuk masyarakat, sebaiknya menggunakan bahasa lokal agar bisa dipahami, juga penyampai pesannya dilakukan oleh orang orang yang tepat di daerah; tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh budaya, juga anak anak muda milenial," kata Doni.
"Jadi kita bisa melihat karakterisitik daerahnya seperti apa, sehingga pesan utamanya bisa disampaikan. Masyarakat masih ada yang belum pakai masker, masih berani keluar, menganggap, Covid 19 adalah ancaman yang kurang begitu bahaya, padahal Covid 19 ini menimbulkan korban jiwa hampir 500 juta orang di seluruh dunia," pungkasnya.